generated by sloganizer.net

Sunday, February 03, 2008

Selamat Jalan, Jenderal Besar.. Selamat Menghadap Tuhan.

Bayangkan anda diangkat jadi seorang pemimpin perusahaan, kas perusahaan kosong dan minus, karyawan terpecah belah, banyak kubu senior manajemen yg saling berseteru, share holders berteriak2 pada saudara menuntut hak mereka. Ditambah lagi bayang2 sang CEO lama yg masih sangat berpengaruh.


Apa yg bakal anda lakukan?

Sekarang ganti posisi itu dengan presiden RI di tahun 1966.
Kurang lebih itulah yg dihadapi pak Harto. Puyeng? pasti.

Tahun 1980-an masa keemasan RI, ekonomi tumbuh dengan laju yg fantantis serupa dengan yg sekarang dinikmati cina. Harga stabil, laju inflasi terkendali, kebutuhan dasar terpenuhi, pendidikan masih terjangkau, kesehatan relatif merata, pertumbuhan infrastruktur terus meningkat.

Pendeknya Indonesia telah menjelma menjadi macan Asia dengan prospek yg sangat cerah di masa depan.

Kurang lebih begitulah pendapat rekan2 di kantor di negara-pulau ini. Bagi mereka apa yg Pak Harto lakukan untuk Indonesia begitu fantastis serupa dengan apa yg LKY telah lakukan bagi singapura hingga seperti sekarang.

Rekan2 ini tak habis pikir kenapa di saat2 terakhirnya Pak Harto tidak mendapat perlakuan yg selayaknya. Malah dikejar2 bak seorang kriminal.

Kami2 para TKI hanya bisa tersenyum saja mendengar tuduhan 'tidak tahu terimakasih' dari mereka.

Mungkin memang wajar kalau mereka tidak perlu hirau untuk mencari tahu bagaimana bedanya bumi dengan langit perlakuan terhadap Pak Harto dan perlakuan terhadap Bung Karno di saat2 terakhirnya.

Tapi yg bikin tergelitik adalah banyak orang Indonesia sendiri yg seakan menyayangkan bergantinya pemerintah dan menyalahkan semua keterpurukan Indonesia saat ini sebagai akibat dari digantinya Pak Harto.

Wah..wah.. Pak Harto memang berhasil membuat kita berswasembada pangan, tapi beliau juga menyebabkan ribuan petani cengkeh mati merana. Pak Harto berhasil menekan harga kebutuhan pokok, tapi beliau juga menyebabkan setiap anak bayi yg terlahir dari bumi Indonesia ini menanggung beban hutang luar negeri.

Lantas apa hebatnya? LKY meniru gaya yg sama dalam membangun singapura, tapi beliau tidak meninggalkan beban hutang! Mahattir juga berproyek untuk kebanggaan malaysia dengan petronas dan proton-nya, tapi ia tidak membuat perusahaan2 yg jago kandang dan korup!

Kesalahan terbesar Pak Harto bagi bangsa Indonesia menurut saya adalah dengan mengadopsi budaya feodalisme ke dalam pemerintahan dan menyuntikkannya ke nadi bangsa.

Rakyat bangsa ini jadi penakut untuk bicara, jadi terbiasa menunduk menyembah2 atasannya walaupun salah, rakyat bangsa ini jadi orang yg kerdil ketika berhadapan dengan orang asing. Budaya feodalisme ala Raja Jawa inilah yg menarik Indonesia mundur sekian puluh tahun ke belakang walaupun bangunan fisiknya maju menjulang.

Tak kurang Prof Selo Soemardjan dan Bapak Soedarpo Sastrosatomo pun menyatakan hal yg sama. Bahwa dosa terbesar Suharto bagi bangsa ini adalah mengadopsi budaya feodalisme Jawa ke dalam pemerintahan.

Menumpulkan pemikiran kritis dan berbeda pendapat (yang sudah ada sejak jaman Bung Karno-Hatta) dan melahirkan pribadi2 penurut yg tidak punya daya saing selain menunggu apa mau atasan.

Penyakit warisan ini yg bikin bangsa ini tak lepas2 dari krisis hingga sekarang.

Kalau sudah begini apa perlu bagi kita untuk 'tau berterimakasih' pada pemimpin yang menyebabkan ini semua?


Mohon maaf, masa2 Orde Baru adalah masa yg indah. Pendidikan terjangkau. Harga stabil. Tapi apalah artinya kalau itu semua semu?
Semuanya dibangun dari hutang. Hutang yg tak dipersiapkan untuk dibayar dengan baik.
Hutang yg sebagian besarnya mengalir ke kantong para pemimpin rakyat.

Sementara rakyatnya dibuai dengan pendidikan terjangkau, laju ekonomi yg tinggi, harga yg stabil, pekerjaan melimpah.

Ibarat orang yg berkaca dan melihat dirinya berwajah mulus ditata salon, berpakaian mewah dan enak dilihat, wangi lagi harum.. tapi semuanya itu dibeli dengan kartu kredit.

Seorang necis, rapi, tampan gagah tapi penuh hutang.

Apalah artinya?

No comments: