generated by sloganizer.net

Wednesday, May 24, 2006

Adakah

Ada dua puisi saling balas-balasan, dari dua orang teman..
yang satu sedang jatuh cinta, yang satu lagi sedang gondok sama boss-nya..
huahaha..

monggo..


"Adakah"

Lihatlah jari jemariku yang menari
Coba telusuri seluruh dawai gitar ini
Salurkan nada-nada yang terngiang di kepala
Dari mayor ke minor membentuk irama


Menghamili jemari ini dengan inspirasi
Melarut dalam emosi
Terhanyut dalam melodi


Kulantunkan bait demi bait
Kutulis merangkum resah dan rinduku
Lihatlah bulan dan bintang di langit
Mereka pun turut bernyanyi dengan syahdu


Adakah hatimu tergugah
Melirik dan bersedia singgah
Untuk bersama mengukir kisah



Gubuk 02.08

(Puisi milik seorang teman - Denmas Tunggul yang sedang jatuh cinta. Weeeesshh.. muantepph rek!)

--- dibayar kontan oleh Denmas Wedush nang Ndubai.. lagi gondok karena cintanya pada sang Boss ditolak mentah2 (wish duwe rabi jeh, cuk.. iku bossmu..)

ketika asa datang
melambungkan hati
setiap kata adalah mutiara
setiap pandangan adalah kasih
menari dalam gelombang alunan merdu semesta
menangkup pagi dalam kerinduan


sang dewi
adakah hati akan bicara ?


:D

Monday, May 22, 2006

YM memang emmooyy...

~ "Wanita-mu titip rindu."

* "Iya, aku juga kangen banget sama dia..
melebihi kangen menggebu-gebu kala ABG dulu."

* "Kangen yg dulu langsung hilang setelah bibir menerima kecupan.
Kangen yg sekarang gak pernah bisa hilang oleh beribu kecupan sekalipun."

~ "Hehehe.. Kangen yang sekarang ada di dalam hati ya?"
"Dia gak kemana-mana kok."

~ "Begitupun kamu...
Semua berada di tempatnya masing-masing."

~ "Di dalam hati masing kalian masing-masing.."



Tumasik, 22 May 2006
[ Thanks Rudy buat YM-nya.. ;) ]

Saturday, May 13, 2006

Indonesia

Dari rumah kontrakan ke Gambir naik Bis kota yang berhenti di tiap halte. ada AC gak pake kenek, gak pake jubel2an. Nyaman.

Gambir.
Stasiun yang rapih. Bersih. Teratur.
Gak ada porter yg berebutan karena dari ujung depan sudah disediakan eskalator baik yg naik/turun maupun yang mendatar.

Antri karcis jelas. Jumlah tiket tersisa dipampang jelas di papan elektronik yg nyambung dengan komputer pengatur pesanan. Real time info.

Naek kereta deh ke Lampung. lewat tangerang kereta (yang namanya tidak lagi berbau2 budaya salah satu etnik saja) jalan di hamparan padi2 dan sawah menghijau. Gak ada bunyi berisik dan gak ada goyang yg berlebihan. wong keretanya pakai listrik dan sambil jalan dia muter kumparan buat bikin medan magnet buatan yg ngambang di atas rel. gak ada energi terbuang percuma. nyaman.

Sampai di Cilegon, keretanya nyelem.. slup.. masuk ke terowongan buatan menghubungkan ke pulau Sumatera. weh... teknologinya harusnya sih canggih soalnya ada anak krakatau disitu..
memang hebat insinyur2 putra bangsa ini.. sehebat hacker2nya yg merajadunia.

Gak sampai 2 jam perjalanan yg nyaman dengan pramugari yg ramah bermuka manis (tak perlu wajah manis. yang penting muka manis mau senyum) dan hiburan tak putus dalam kereta. film, majalah, game, toilet yg tak bau pesing dan tak bolong langsung ke rel.. sampai deh di Lampung. Provinsi terujung selatan Sumatera.

Kereta timbul lagi di permukaan. Melewati hamparan kebun sawit di kanan-kiri, bukit kapur yg ditambang pakai hati dan pikiran, perkampungan nelayan yang perahu2 motornya canggih punya. Rata2 rumah mereka berparabola, anak2nya kuliah di universitas untuk melanjutkan kerja orangtuanya dengan cara yg lebih maju. wuih..

Tak lama, kereta pun masuk stasiun Tanjungkarang. Modern. Bersih. Teratur.
pengumuman disuarakan di speaker kereta supaya penumpang bersiap2. semua terencana. semua terjadwal. tidak ada petugas yg membangunkan dengan cara menarik bantal yg disewakan atau dengan menarik selimut dari penumpang yg belum sadar betul.

Keluar stasiun, senyum ramah pramugari kembali melepas di pintu turun.
Keluar stasiun, gampang.. cukup loloskan lagi kartu magnet yg tadi kita dapat waktu beli di loket Gambir. di luar petugas stasiun berseragam dengan senyum ramah, pakaian berdasi dan bukan berpangkat/emblem/tanda jabatan ala militer menyambut... "Selamat Datang di Tanjungkarang."

Taksi antri dengan rapi, tanpa perlu serobot sana sini. Yakin pasti bahwa rejeki sudah diatur oleh Tuhan. (tidak seperti sekarang, kalimat sama sering terucap tapi jarang terlihat dan terasa)

Wajah ramah supir taksi yang orang Sumatra (di waktu ini sudah lazim nih) terlihat menyambut.. "Selamat sore, Bu.. Mau kemana?" Tujuan diucapkan argo ditekan, taksi pun meluncur..

Semua penuh keakraban. semua penuh rasa menghargai. tanpa mesti ada iri hati pada penumpangnya yang lantas dilampiaskan dengan rute putar-putar, menyupir seenaknya, atau uang tips 'ikhlas' dari kembalian.

("Situ kan orang kaya, gapapa dong kembaliannya buat saya.")

iddih.. dimarahin Nanto lo ntar.. sejak kapan yg naek taksi pasti orang kaya? orang yg lagi butuh buru2 iya!!

Waaaah... sampai di rumah yg masih ada pohon hijaunya. kedengaran suara burung berkicau tanpa takut ditangkap dijual atau ditembak terus digoreng di warung pecel lele.. :D

eh, tumben nih air nyala 24 jam sehari di lampung. tumben juga listrik tidak mati tiap 2 hari sekali... aahh... nyamannya...

Lamaaaaa saya berpikir, seharusnya memang begini Indonesiaku.

sayang, Emak sudah mukul2 kaki nyuruh bangun.. sholat subuh...

Ngimpi lagi deh.... kapaaaaan jadi kenyataannya yah.. :(