generated by sloganizer.net

Monday, March 21, 2005

“Tinggallah untuk malam ini, Papa..”

Sepasang bintang kecil itu berbinar senang
Tawa renyah dan senyum manisnya menghampar
Menghapus duka melepas rindu

Tangan kecil yang riang itu selalu menggenggam erat
Seakan tak ingin lepaskan tiap tawa dan senda yang ada
Wangi tubuh mungil penuh cinta
Tertidur lelap dalam pelukan…

Sepasang bintang kecil yang meredup itu kini penuh harap
Seakan memohon dan meminta…

Maafkan papa dan mamamu, nak.
Papa harus pergi lagi malam ini...


(Penjernihan, 20 Maret 2005 20.30 WIB)

“Balada di Tengah Jakarta”

Mata tua yang mulai rabun itu berkejap senang
Tangan keriput penuh cerita dengan cekatan bekerja
Mengambil alih dengan kebijaksanaan khas orangtua
“Begini cara membuka botolnya, nak.”

Hahaha…
Aku tersipu malu. Anak muda yang menang tenaga
tapi kalah logika dalam membuka tutup botol teh.

Dari bibir yang selalu penuh senyuman itu meluncur
berjuta cerita.. tentang hidup, tentang kejamnya ibukota,
tentang tidur di warung bersewa tigapuluh ribu sebulan..

(Jangan tanya soal air bersih atau sanitasi yang nyaman.
Ini bukan dalam sinetron. Ini dunia nyata.)

Tuhan… tubuh tua yang sudah bongkok ini..
Masih haruskah ia bekerja menghidupi dirinya?
Mengais rejeki di tengah kepongahan dan ketidakpedulian orang-orang
di sekitarnya?

Cerita yang bisa terjadi pada siapa saja di antara kita.
Cerita serupa yang sudah tak ada lagi orang di antara kita peduli
saking seringnya.

Cerita tentang bagaimana si papa harus berjuang sekedar demi selembar ribuan, sementara si berpunya berseliweran dengan tubuh wangi sambil membuang muka.

Sebuah cerita sangat biasa di sebuah kota bernama Jakarta.


*Untuk Ibu tua penjual Teh Botol di halte Benhil

(Halte Bendungan Hilir, 20 Maret 2005 20.00 WIB)

Wednesday, March 16, 2005

Selamat Tidur, Sayang..

Selamat tidur, Sayang..
Kenakan baju hangat dan
selimutmu
Di luar hujan deras mengucur

Oh ya, hampir lupa..
Kukirimkan cintaku menjaga tidurmu.

Brr... Di luar hujan
Dingin merebak
Tidak. Singkirkan saja selimutmu, Sayang..
Kecupku kan datang menghangatkanmu


(Pejompongan, Saat Hujan di suatu malam bulan Januari 2005)

*For the women of my Life