Another worthless show giving Indonesian youths shortcut way to become rich and famous, without having to work or study hard. Just make yourself a celebs the rest will come to you.
Tapi bukan itu yg menarik perhatian saya sore tadi.
Yang menarik adalah saat bintang tamu yg mengisi acara ini, Matta Band, tampil.
Penampilan pertama diisi dengan lagu andalan mereka, "Ketahuan"; yang langsung disambut dan turut dinyanyikan dengan antusias oleh anak2 kecil peserta dan penonton acara ini.
Iya memang ini acara buat anak kecil yg kerabatnya selebriti buat tampil memperebutkan tabungan pendidikan -- aneh? bukannya banyak yg lebih butuh tabungan pendidikan daripada anak2nya seleb?-- penontonnya pun adalah anak2 kecil biasa yg ortu2nya nantinya bakal terbuai untuk beli produk sponsor supaya anaknya bisa kayak seleb dan turut pula berkhayal supaya anaknya gak perlu tinggi2 sekolah yg penting jago nyanyi dan bisa akting nangis bin marah2 buat modal jadi selebriti sinetron!
Nah ceritanya si Matta ini kayaknya agak nggak enak hati juga pas bawain "Ketahuan" dan disambut dengan gegap gempita sambil anak2 kecil yg masih ingusan ini turut menyanyikan... karena syair lagu itu sebetulnya lebih pas untuk anak2 yg minimal sudah remaja (teenager).
"Wo'o... kamu ketahuan... pacaran lagi...
Jadilah di penampilan kedua Matta membuat kejutan dengan menyanyikan lagu... "Pada Hari Minggu Kuturut Ayah ke Kota.." dan "Abang Becak"...
en you know what the tragic thing is....?
Anak2 kecil yg tadinya begitu antusias menyanyikan "Ketahuan", mendadak diam.... gak ada yg ngerti lagunya!
Ironis.
Saya agak bisa (menduga) mengerti kenapa Matta pilih bawakan lagu anak2 ini di penampilan keduanya setelah rehat. Pastilah mereka 'sadar' akan penontonnya dan sadar juga pilihan lagu mereka yg pertama tidak tepat untuk usia anak2 ini..
Tapi apa mau dikata.. anak2 ini lebih hapal lagu 'dewasa' mereka itu ketimbang lagu anak2!
Sedih.
Sudahlah di TV isinya tayangan karbit tak mendidik seperti ini (kecuali mendidik buat mentingin penampilan, beken, kaya mendadak tanpa kerja keras), sinetron pun cuma mengajari menghina orang yg lebih rendah, pergi ke toko buku komik berisi bokep dan komik anak2 dicampur bersebelahan, mau jadi apa lagi anak-anak bangsa ini...
Kalau ada yg bilang "Kalau memang gak suka ya gak usah nonton! Ganti channel aja gitu kok repot"
Boleh dijawab? "Ada orang kentut depan hidung kamu. Kamu lagi makan. Kalau memang gak suka ya gak usah dihirup. Tutup idung aja atau pindah duduk. Gitu aja kok repot!"
That's not the fuckin' point.
Tayangan2 yg berpotensi mengkarbit anak2 sebelum waktunya boleh ditayangkan tapi selepas pukul 10 malam, di saat anak2 sudah tidur.
Iklan2 yg berisikan kekerasan atau horor hanya boleh tayang juga di waktu yg sama.
Komik pun perlu rating.
Sebegitu bodohnya kah pejabat pemerintah kita hingga sampai saat ini masih tidak tahu kalau komik jepang itu ada yang namanya Hentai?
Masa sampai sekarang masih menganggap komik itu bacaan untuk anak kecil dan semuanya sama isinya! Huh!
Harus ada klasifikasi, rating. Dan ini harus dijalankan oleh lembaga yg punya kuasa pemaksa dan menghukum.
Jangan tunggu sampai generasi bangsa ini rusak barulah kita merasa kecolongan dan perlu untuk bertindak.